Hallo Sobat Ilook!!! Mimin ramal, pasti kalian lagi
rebahan di kasur sambil scroll medsos berjam-jam tanpa tujuan, atau mungkin
lagi duduk di kantin kampus sambil nunggu temen, bisa jadi kamu lagi
diperpustakaan, tapi bukannya belajar malah melamun mikirin hal lain. kalau
iya, kamu nggak sendirian kok karena situasi kayak gini udah jadi rutinitas
mahasiswa sehari-hari, ya kan?
Sobat ilook pasti pernah kan merasa capek, tapi nggak
tahu capeknya kenapa? Badan sih diam aja, tapi pikiran malah muter-muter nggak
berhenti. Mikirin tentang tugas, nilai, masa depan, bahkan hal-hal kecil yang
kadang nggak penting yang buat kita capek kayak lagi marathon padahal cuma leyeh-leyeh
doang. Kalau iya, itu sih tanda overthinking.
Iyaaa, kenalin dia OVERTHINKING, nggak masuk KRS,
nggak ada SKS nya, tapi kayaknya jadi mata kuliah wajib tiap semester dan
nilainya? Yaa, ngaruh ke mental doang sih eheheheh. (“doang” nggak tuhh?)
Apa sih sebenarnya OVERTHINKING itu? Jadi, secara
sederhananya overthinking itu ketika kamu terlalu banyak mikir, nganalisis
sesuatu secara berlebihan, sampai akhirnya malah merasa cemas, takut, atau
bahkan sampai nggak tau lagi mau ngelakuin apa-apa. Dan bukan cuma mikirin
ulang apa yang sudah terjadi, tapi juga membayangkan terlalu banyak kemungkinan
untuk hal yang belum tentu terjadi. Kalau otak diibaratkan browser nih ya,
overthingking adalah ketika terlalu banyak buka tab terbuka dan semuanya muter
vidio yang resolusinya tinggi (8K UHD misalnya hahahhah) dalam waktu bersamaan. Mau secanggih
apapun devicenya pasti bikin lemot, lelah, yang ujung-ujungnya nge-hang sendiri.
Yaa, sama kayak kita kalau lagi overthinking.
Kenapa sih kita gampang OVERTHINKING? Yaa, karena fase
hidup ini penuh transisi, kita dituntut jadi dewasa, padahal masih nyari arah. Tugas
kuliah numpuk, ekspektasi orang tua kita jadiin tekanan, organisasi nyedot waktu,
tenaga dan pikiran, dan masa depan? Masih belum terlihat :) (kecuali kalau kamu
punya orang dalam hehehhe)
Mahasiswa pasti hidup dalam tekanan waktu, standar sosial,
dan rasa takut gagal. Pikiran kita jadi kayak mesin yang nggak bisa dimatiin. Pasti
mikir terus. Tentang nilai, tentang karier, tentang validasi dari orang lain.
kita jadi sering mikir terlalu jauh dan ironisnya, semakin kita mikir, sering
kali malah makin stuck. Kayak jalan di tempat sambil ngebut (kekmana pulak itu
yekan). Overthinking itu capek. Tapi capeknya nggak kelihatan. Kamu bisa
rebahan seharian tapi pikiranmu udah kayak ngelilingin satu kampus, muter-muter
mikirin kemungkinan terburuk. Ujung-ujungnya? Cemas, insecure, susah fokus,
gampang marah, malas ngapa-ngapain. Dan yang paling bahaya, overthinking bisa
nyeret ke prokrastinasi (duhh, mimin sering banget lagi :( huhu). Karena takut
salah, kita jadi nggak mulai apa-apa. Karena pengen hasil sempurna, kita malah
nggak gerak. Dan ini tuh termasuk lingkaran setan yang pasti udah dialami
hampir semua mahasiswa.
Nah, inilah gunanya mimin hadir dikehidupan kalian
ehehehe. Mimin bakal ngasih tau gimana caranya ngadepin OVERTHINKING!!! Karena ngadepin
Overthinking nggak harus pakai jurus Naruto kok. Tapi, tentu saja nggak ada
solusi yang instan yaa, namun pastinya ada hal-hal kecil yang bisa bantu kamu untuk
mengatasi overthinking yang membandel itu:
1. 1. Tulis
Apa Yang Lagi Dipikirin (Journaling)
Kadang, yang bikin beban terasa berat itu bukan
masalahnya, tapi karena dia mutar-mutar di kepala terus, kayak iklan di spotify
yang nggak bisa di skip (premium dong makanya). Nah, coba tuangin semuanya ke
jurnal, notes di HP, selembar kertas kosong, atau di manapun itu. Tulis tanpa
mikir rapi atau bagus yang penting keluar dulu yang ada di kepala kita. Pikiran
yang dituliskan, biasanya jadi lebih tenang. Karena begitu ditaruh di luar
kepala, kita bisa lihat masalahnya dari sudut pandang yang lebih jernih.
2. 2. Mulai
Dikit-Dikit, Yang penting Jalan
Seringkali kita kejebak mikirin hasil akhir yang besar
banget. Misalnya, “gimana ya caranya nyelesain skripsi 100 halaman?” padahal,
semuanya dimulai dari langkah kecil. Mulai dari bikin outline bab 1 atau bahkan
nulis kalimat pembuka aja. Nggak apa-apa pelan, yang penting jalan. Karena satu
halaman lebih bernilai daripada seribu pikiran yang nggak jadi apa-apa (ini
berlaku untuk semua yang lagi kamu kerjain yaa)
3. 3. Ngobrol
Sama Orang Yang Bikin Nyaman (Nggak harus pacar, mantan juga bisa, eitss!)
Mimin tahu kok, ngga semua orang bisa dijadiin tempat
cerita. Makanya cari orang yang bukan langsung ngasih solusi, tapi yang bisa
dengerin tanpa nge-judge. Overthinking sering kali bisa reda cuma karena kita
cerita dan merasa dimengerti. Teman, pasangan, saudara, atau bahkan konselor. Yang
penting kita tahu, kita nggak harus mikul semua sendirian. Kadang, sekedar
kaliamt “i can feel you” aja udah cukup bikin hati ringan. (kalau belum ketemu
orangnya, cerita ke mimin aja yaa :), i’ m all ears kokk)
1. 4. Kurangin
Ekspektasi Yang Nyekik Diri Sendiri
Perfeksionis itu dari luar keliatannya keren, rapih,
teratur, semua sempurna. Tapi buat overthinker, perfeksionis sering jadi
jebakan batman yang menyamar jadi ambisi. Kita pengen semuanya jalan sesuai
rencana, hasilnya bagus, nggak boleh salah, nggak boleh telat. Padahal hidup
nggak selalu bisa dikendalikan segitu detailnya. Ekspektasi yang terlalu tinggi
justru sering bikin kita takut mulai, takut gagal, atau malah mandek di tengah
jalan karena ngerasa “belum siap”. Padahal, kadang cukup “selesai” aja itu udah
lebih baik daripada terus-terusan nunggu sempurna.
2. 5. Punya
Waktu Buat Hal Yang Kamu Suka (dan nggak ada hubungannya sama produktivitas)
Sekarang, apa-apa harus “berfaedah”. Nonton harus yang edukatif. Hobi haruss yang bisa dijadiin cuan. Ngopi aja harus sambil kerja. Tapi otak juga butuh ruang buat main. Bukan kerja mulu. Coba inget lagi, kapan terakhir kali ngelakuin hal yang kamu suka, tanpa mikirin hasil, deadline, atau nilai? Nonton film receh yang nggak masuk akal, nyoret-nyoret di buku gambar, nyanyi asal-asalan di kamar mandi (aduh, kalau ini sih, mimin setiap hari), main game sampai lupa waktu, atau cuma duduk di warung kopi sambil dengerin obrolan orang lain. Semua itu bisa jadi bentuk istirahat untuk otak dan mental kita. Kadang kita butuh waktu buat nggak mikir apa-apa. Nggak harus selalu produktif, nggak harus selalu bermanfaat. Karena jadi manusia juga butuh waktu buat jadi manusia. Dan kalau mau tetap waras, jangan cuma hidup buat ngejar, tapi juga kasih izin ke diri sendiri buat berhenti sebentar.
Jadi, sebenarnya OVERTHINKING itu bukan musuh yang
harus dibunuh. Dia bagian dari diri kita juga, datang dari rasa peduli, dari
keinginan untuk nggak salah langkah, dari hati yang terlalu hati-hati karena
nggak pengen gagal. Cuma, kadang volumenya kegedean, bikin bising, jadi
nyusahin diri sendiri. Overthinking adalah hal yang wajar, manusiawi, dan
dialami banyak orang, termasuk orang-orang yang terlihat paling tenang
sekalipun. Karena jujur aja, overthinking bakal selalu ada, apalagi di
umur-umur rawan krisis identitas, quarter life cricis, dan tugas juga menumpuk.
Tapi penting buat kita sadar, kalau kita tetap punya kendali atas reaksi kita
terhadap pikiran itu.
AND HEYYY!!! Semangat teruss yaa semuanyaa.... hidup
ini bukan kompetisi kokk, semua punya waktu dan jalannya masing-masing. Ibaratkan
aja hidup ini kayak ucapan HTS kamu “kita jalanin aja dulu” HEHEHEHEH.
0 Komentar