Header Ads Widget

Ticker

6/recent/ticker-posts

Future Secret - Chapter 1


Future Secret #Ilookwebseries

Chapter 1

 


Hai, namaku Agres Fionika. Terhitung sejak 6 bulan lalu Aku dinyatakan lulus SNMPTN dan sekarang tengah menikmati perkuliahan di semester 2. Selepas SMA, banyak hal yang terlalu asing untukku ketika masuk ke dalam dunia perkuliahan. Beberapa sistem kampus dan kegiatan belajar tentu berbeda dari jenjang SMA. Mulai dari pengerjaan tugas, hubungan pertemanan, organisasi hingga kegiatan kampus. Namun, dengan semua perbedaan ini aku berusaha untuk bisa mengikutinya dengan baik, dan bertekad untuk menjadi yang terbaik pula.

Aku diberi kesempatan untuk dapat mengenyam ilmu di Jurusan Manajemen Universitas Bengkulu. Katanya Jurusan ini termasuk ke dalam jejeran jurusan terfavorit di Universitas Bengkulu. Hal ini pula yang tergambar dalam benakku, ketika lulus nanti akan menjadi seorang Manager di sebuah perusahaan.

Dari awal masuk kuliah, aku memiliki tekad yang kuat untuk mendapatkan IPK tinggi. Selama 6 bulan terakhir aku berubah menjadi sosok yang berambisi. Selalu mencari ruang dan celah untuk bisa mewujudkan tekad itu. Beberapa orang terlihat sangat pintar di kelasku, mereka benar-benar pintar memanfaatkan peluang untuk bisa menjadi perhatian dosen dan juga diakui dengan kemampuan yang dimiliki. Sayangnya, sikap ambisiku berlawanan dengan sikap pendiam yang lebih mendominasi.

***

Hari ini aku akan mengikuti kelas pagi yang hanya diadakan dua kali dalam seminggu. Selebihnya, aku bisa menggunakan jadwal itu untuk tidur siang.  

“Agres!!!” panggil temanku dari kejauhan. Sesuai nama yang dipanggilnya, aku berharap nama itu akan menjadi nama yang akan selalu diingat orang lain. Dia Yulia, teman sekelasku “Tungguin gue!” ucapnya dengan sedikit berteriak.

Dia mendekat dengan napas terengah-engah, berlarian mengejarku hanya untuk masuk ke kelas bersama. Sesampainya di kelas, ternyata sudah banyak mahasiswa/i yang datang dan menyebabkan kursi hampir penuh terisi. Hal ini juga yang memaksaku untuk duduk di barisan belakang. Sialnya, berjarak 2 sampai 3 kursi terdapat beberapa mahasiswa senior yang mengulang. Aku berjalan perlahan dan berusaha terlihat ramah kepada beberapa dari mereka. Memang sih, perawakan senior tingkat akhir lebih menyeramkan. Tatapannya dingin kearahku yang kemudian mengambil kursi lebih cepat agar tidak ikut dalam perbincangan mereka.

 

***

Mata kuliah berakhir lebih cepat dari jadwal yang sudah ditentukan di portal akademik. Aku dan Yulia pergi mencari makan di jam istirahat.

“Tugas makalah tadi kapan mau dikerjain ?” tanya Yulia saat pesanan kami sedang dalam proses.

“Besok mungkin,” jawabku.

Saat ini, Yulia menjadi teman terdekatku. Jumlah mahasiswa Manajemen yang banyak membuatku cukup sulit untuk beradaptasi dengan mereka. Selain itu juga, pertemuanku dan Yulia karena kekasihku berteman dengan sepupu Yulia.  Hal itu membuat kami menjadi lebih dekat dan memiliki kesamaan dan kecocokan dalam berinteraksi.

Namanya Fino, kekasihku yang sekarang sedang berjuang untuk menamatkan study nya di Fakultas Hukum. Dia termasuk mahasiswa yang aktif berorganisasi, menjadi sibuk adalah pilihannya. Hal itu yang membuat kami jarang bertemu karena Fino sering menghabiskan waktu untuk rapat, berkumpul dengan teman satu organisasinya, ataupun hanya mendekam dalam sekretariat.

“Agres, ada Kak Fino,” bisik Yulia. Sebelumnya aku sudah mengirimkan pesan singkat kepada Kak Fino kalau aku sedang mencari makan di sekitaran UNIB belakang. Aku tidak menyangka jika dia datang menemuiku, padahal aku yakin bahwa dia masih sibuk dengan urusannya siang ini.

“Hai,” sapanya dengan tersenyum manis kearahku.

“Dari mana tadi?” tanyaku saat dia mengambil kursi dan duduk di hadapanku.

“Dari kampus. Rencananya nanti mau buat tugas,” jawabnya.

“Aku besok mau buat tugas sama Yulia.” Aku melirik Yulia.

“Iya, kami ada tugas,” jawab Yulia.

“Waktunya nggak pernah pas ya, giliran aku kosong kamu ada tugas, giliran kamu kosong aku ada tugas,” ucapnya menyalahkan keadaan.

Aku tersenyum. Semua setuju jika masalah rumit yang dihadapi mahasiswa saat ini adalah perihal tugas. Tapi aku selalu berusaha untuk menikmatinya sesuai dengan tekad awalku tadi.

“Mana UAS sebentar lagi kan,” gerutu Kak Fino.

“Iya dua minggu lagi,” jawabku.

Oh iya bener banget. Nanti nilai ku bakal naik atau turun ya” ucap Yulia gelisah.

“Ya kita berusaha aja yang terbaik. Ya gue harap sih nilai gue naik,” jawabku.

Kak Fino mendukung apapun yang aku lakukan. Entah perihal ambisi atau hanya sekedar prinsipku. Selagi aku dan Yulia makan, Kak Fino pergi karena ada urusan. Katanya urusan organisasi. Ya, aku memaklumi hal itu karena itu bidang yang ia sukai.

***

Hari ini Aku datang terlalu pagi, situasinya masih sepi. Bahkan para petugas kebersihan pun belum terlihat melakukan tugasnya. Aku meninggalkan parkiran dan berjalan menuju kelas. Tak ku sangka ternyata sudah ada beberapa dari teman sekelasku yang datang.

 “Awas aja ya, gue nggak akan masukkin namanya ke dalam makalah! Dia kan enggak ikutan kerja” omel Filia teman sekelasku yang membeberkan segala keluhannya pagi ini pada Tika, teman di sebelahnya. Filia, gadis dengan karakter yang cukup angkuh, sifatnya memang kadang keterlaluan. Sejauh ini, yang ku tahu mungkin dia berasal dari keluarga yang cukup berada, sehingga terkadang ia lupa cara menghargai seseorang.

“Kenapa ?” tanyaku saat aku melewati kursinya.

“Itu loh Gres, gue kan sekolompok nih sama kakak tingkat tapi dia nggak mau kerja. Malah dia nyuruh gue yang ngerjain. Enak banget jadi dia,” omelnya.

“Sabar aja, mungkin kakak tingkat itu punya tugas lain. Mungkin nanti kita bakal ngerasain kayak mereka,” ucapku. Kami masih mahasiswa semeter awal, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di depan nanti. Mengingat mata kuliah tidak semuanya mudah untuk dipahami.

“Ya beda lagi ceritanya Gres !!” ucap Filia yang semakin menggebu. Aku segera pergi dari kursinya, duduk menjauhi agar alat pendengaranku masih aman. Lagipula, Aku tidak ingin menjadi pelampiasan dari omelan gadis itu. 

***

 

 

Posting Komentar

4 Komentar