Header Ads Widget

Ticker

6/recent/ticker-posts

IP SEMESTER INI TERGANTUNG SINYAL

Sumber: amanat.id

Menjadi mahasiswa atau kaum akademika tingkat tinggi di tengah wabah pandemi tentu memiliki berbagai macam kisah yang mau tak mau mesti dilewati.
Tidak sedikit juga berbagai macam aktivitas akademik yang biasanya bisa dinikmati offline sambil ketawa-ketiwi bareng teman di lingkungan kampus mau tidak mau jadi seperti penggalan lirik lagu RAN "Aku disini dan kau disana, kita memandang langit yang sama"

Yap!terpisah jarak dan waktu. Meskipun ini yang tetap patut disyukuri karena kita juga dipertemukan dengan teknologi yang semakin kesini semakin canggih dan lumayan bisa menunjang kebutuhan dalam menyelesaikan kewajiban selaku pelaku akademis.

Sejak awal mendapat berbagai jenis surat edaran  resmi baik dari instansi maupun pemerintah daerah yang berisikan tentang kewajiban untuk melakukan aktivitas secara tertutup dan menghindari keramaian seperti hastag yang sering di gaungkan #dirumahaja tentu membuat aktivitas yang semula berjalan secara tatap muka berlanjut tatap layar.

Tatap layar disini maksudnya, aktivitas perkuliahan yang dilakukan dengan cara daring atau online. Beberapa cara perkuliahan ini diantaranya ialah dengan penggunaan aplikasi WhatsApp, Zoom, e-learning dan berbagai situs internet lain yang mesti diakses demi kelancaran asupan gizi ilmu serta nilai yang dikejar.

Jadi teringat bahwa beberapa waktu lalu saat Corona belum viral, sudah ada beberapa tulisan juga opini yang membahas apakah Indonesia sudah siap atau bisa dikatakan mampu menghadapi kemajuan zaman dengan menjadikan teknologi sebagai salah satu cara untuk melakukan aktivitas pendidikan. 

Ternyata, Corona dengan segala kegaduhannya mampu membuktikan bahwa aktivitas akademik itu bisa dilakukan dengan online, meski tidak bisa menutup mata bahwa masih banyak hal-hal yang perlu menjadi pertimbangan.
Setelah mengetahui bahwa meski dengan nilai plus dan minus itu Indonesia khususnya kaum mahasiswa sudah bisa melakukan aktivitas perkuliahan secara daring, hal yang perlu diperhatikan lagi adalah sudah bisa adilkah hasil penilaian tahap akhir nya nanti?

Tidak dipungkiri, dengan segala keterbatasan yang ada pola kuliah daring tentu cukup menjadi momok yang sempat membuat resah mahasiswa. Pasalnya, tidak semua mahasiswa yang bisa menikmati kemudahan dalam proses perkuliahan daring. Terutama bagi mahasiswa yang tinggal di desa dan akses internet nya tidak sebaik akses internet dikota, serta kemampuan untuk memiliki alat seperti gawai maupun laptop yang minim.

Sumber: antaranews.com

Katakanlah jika semua mahasiswa mungkin sudah memiliki gawai, namun bagaimana dengan kesulitan lain seperti akses internet yang lumayan minim di pedesaan. Perkuliahan daring yang menuntut mahasiswa untuk selalu bisa stay dengan kuota dan signal yang baik tentu harus menjadi pertimbangan lain atau pengecualian cukup istimewa yang patut dipertimbangkan  bagi mahasiswa yang tinggal di desa.

Sumber: gusinfo.com

Ada pendapat menarik dari salah satu dosen Ilmu komunikasi, FISIP Universitas Bengkulu (UNIB) Dr. Gushevinalti yang memberikan pandangan nya terkait perkuliahan daring.

"Semua dosen tidak sama. Mereka memiliki cara mengajar, sifat dan watak berbeda-beda satu sama lainnya. Namun untuk saat ini, masa darurat Covid-19, semuanya harus saling memahami. Jangan sampai mahasiswa rugi. Sebaliknya para dosen mengalami hal yang sama."  Ujar dosen tersebut dalam sebuah wawancara dengan Radar Bengkulu yang di terbitkan dalam tulisan berjudul "Dinilai Memberatkan, Dosen Diharapkan Dapat Saling Memahami Kondisi Mahasiswa

Dari pendapat ibu Gushevinalti tersebut kita bisa menyadari bahwa sejatinya pihak dosen dan mahasiswa sama-sama punya tantangan dalam proses perkuliahan daring ini.

Sumber: sevima.com

Namun, kebijakan setiap dosen tentu menjadi hal yang sangat di nantikan mahasiswa agar mempermudah mereka saat ada kendala, karena dalam hal ini yang sangat membutuhkan ilmu dan nilai akhir adalah mahasiswa.

Kemudahan berupa mentolerir bila tidak bisa mengikuti perkuliahan yang sifatnya video conference atau kuliah tepat waktu dengan online bisa di tolerir atau dipermudah dengan melalui e-mail atau akses lainnya yang tetap memudahkan mahasiswa saat dia terkendala dengan signal.

Tidak hanya signal, kuota juga sepatutnya menjadi pertimbangan bagi dosen untuk memperhatikan batas kemampuan mahasiswanya. Sebab tidak sedikit teman mahasiswa yang mengeluhkan kuliah daring berjam-jam hingga terkadang mereka harus habis banyak untuk membeli kuota atau kadang juga lagi-lagi terkendala signal.

Semoga penggalan kata "IP SEMESTER INI TERGANTUNG SIGNAL" tidak membawa mahasiswa pada kekecewaan yang mendalam hanya karena efek samping keterbatasan yang memang masih jadi PR besar negara kita saat ini. (NL)

Posting Komentar

1 Komentar