Header Ads Widget

Ticker

6/recent/ticker-posts

Bukan Selalu Soal Menang, Tapi Tetap Percaya: Belajar Mental Tangguh dari Max Verstappen

(Sumber : Lars Baron - Formula 1/Getty Images)

Hai sobat ilook kalli ini ada kejadian menarik yang dialami Max Verstappen di awal musim Formula 1 2025 yang tentunya sangat menginspirasi kali ini. Sosok yang dikenal sebagai juara dunia empat kali berturut-turut ini justru tidak langsung tampil dominan seperti tahun-tahun sebelumnya. Bagi banyak orang, ini terasa janggal karena siapa yang tidak mengenal Verstappen sebagai pembalap yang hampir selalu berada di posisi terdepan?

Namun musim ini berkata lain. Mobil Red Bull RB21 belum sepenuhnya bekerja sesuai harapan, membuat Verstappen beberapa kali harus puas finis di luar tiga besar, bahkan sempat gagal finis di GP Austria. Situasi tersebut perlahan menggeser narasi besar yang dari nya “Verstappen pasti menang” menjadi “apakah Verstappen masih bisa bersaing?”

(Sumber : XPBimages/Austrian GP)

Dan justru di titik inilah, mentalitas Verstappen mulai benar-benar terlihat.

Banyak pertanyaan mempertanyakan performanya, mentalnya, bahkan peluangnya untuk kembali bersaing memperebutkan gelar dunia. Namun respons Verstappen justru jauh dari kata panik.

“Kalah tidak ada di kepala saya. Saya cuma berpikir bagaimana cara saya menang.”

Alih-alih tertekan, Verstappen menjawab semua keraguan itu dengan santai dan percaya diri. Ia sadar masalah ada, mobil tidak sempurna, situasi tak ideal akan tetapi ia tidak membiarkan semua itu menguasai pikirannya.

Dan menariknya, sebelum paruh musim Formula 1 benar-benar berakhir, sesuatu yang tak banyak diprediksi mulai terjadi yaitu Verstappen kembali masuk ke jajaran pembalap yang berpotensi merebut gelar juara dunia.
Bukan karena mobilnya tiba-tiba sempurna, tetapi karena satu hal yang konsisten ia jaga yaitu mentalitasnya.

Konsisten, Meski Tidak Ideal
(Sumber : theguardian/Giles Richards at Yas Marina Circuit)

Sepanjang musim 2025, Verstappen terus menunjukkan satu pola,
ia tetap memberikan yang terbaik, meskipun situasi tidak mendukung. Tekanan datang dari luar, masalah teknis datang dari dalam tim, namun ia tidak pernah terlihat kehilangan kendali atas dirinya sendiri.

Bahkan di balapan terakhir yang krusial, di mana tekanan seharusnya memuncak, Verstappen justru terlihat sangat tenang.

“Saya sangat santai. Nothing to lose.”

Alih-alih mengurung diri atau larut dalam tekanan, Verstappen memilih menjalani hidupnya secara seimbang. Ia menghabiskan waktu dengan anaknya, mengikuti balapan GT3, dan bermain sim racing nya dan hal-hal yang membuat pikirannya tetap jernih sebelum GP Abu Dhabi.

Tenang, tapi bukan pasrah.
Santai, tapi bukan menyerah.

Kalau Ditarik ke Kehidupan Mahasiswa…
(Sumber : Unsplash/Desola Lanre-Ologun)

Di titik ini, ceritanya mulai terasa sangat dekat dengan kita.
Saat kuliah, kita juga sering berada di situasi serupa dimana tugas menumpuk, IPK dipertanyakan, organisasi penuh konflik, rencana tidak berjalan sesuai harapan. Belum lagi tekanan dari luar juga komentar orang, ekspektasi keluarga, atau ketakutan akan penilaian sosial.
Kadang kita jadi ragu untuk mencoba juga kita menunda berkarya hanya karena takut gagal.

“Kalau gagal gimana yah?”
“Ih, norak banget lu”
“Alay banget deh…”

Padahal sering kali, bukan masalahnya yang melemahkan kita melainkan cara kita memandangnya. Masalah datang bukan untuk menghancurkan, tapi untuk menempa.
Seperti satu kalimat yang belakangan sering digaungkan generasi muda:

“Everything is cringe until it all works out.”

Belajar dari Verstappen
(Sumber : Simon Galloway / LAT Images via Getty Images)

Dari Max Verstappen, ada satu pelajaran besar yang relevan untuk mahasiswa seperti kita yaitu kemampuan beradaptasi dan tetap tenang di bawah tekanan.

Ia bukan manusia tanpa emosi. Dalam beberapa momen, frustrasi itu terlihat. Namun yang membedakan adalah kemampuannya untuk segera kembali fokus, menata ulang pikirannya, dan melanjutkan langkahnya.

Di musim 2025, ketika banyak orang mulai meragukannya, Verstappen tidak sibuk membuktikan diri ke publik. Ia memilih fokus pada dirinya sendiri dan timnya, serta memanfaatkan setiap peluang kecil yang masih ada.

“You have to focus on yourself and work with your team. Everything else doesn’t matter.” — Max Verstappen

Dan mungkin, itulah pelajaran terpentingnya untuk kita.

Tidak semua semester akan sempurna.
Tidak semua rencana akan berjalan mulus.
Dan tidak semua usaha langsung membuahkan hasil.

Namun seperti Verstappen di musim 2025 ini, yang terpenting bukan seberapa besar tekanan yang datang melainkan seberapa tenang kita menghadapinya.
Karena pada akhirnya, yang bertahan bukan mereka yang paling bebas dari masalah,
tetapi mereka yang tetap melangkah meski berada di bawah tekanan.

Penulis : BimBim
Sumber idea: hmpbd.unesa

Posting Komentar

0 Komentar