Header Ads Widget

Ticker

6/recent/ticker-posts

[BEAUTIFUL TIME] - Bagian 8

 

[BEAUTIFUL TIME]
Bagian 8

***

Ada yang terjebak dalam situasi asmara beda lokasi, alias pejuang LDR. Ada pula yang terjebak dalam situasi asmara beda keyakinan. Belum lagi ada yang terjebak karena beda pandangan, pendapat, tapi tetap masih berjuang untuk saling melengkapi.

Beda sama Keana.
Yang dari awal perbedaan itu susah buat dijadiin persamaan. Beda keyakinan, pendapat, pandangan, bahkan beda perasaan pula.

Memang belum habis-habis stok kesialan gadis itu. Selagi masih sibuk mengejar-ngejar yang tak pernah melihatnya.

“Ke, kapan nih jalan nya!! Lo dari tadi sibuk ketak ketik mulu, lagian gue yakin Lala udah capek tuh” omel Elea sudah bosan menunggu sahabatnya

“Sabar El, gue udah di telepon terus nih sama Kak Robi. Deadline”

“Emang yang sekarang royalti nya gede ya?”

“Bisa lah buat borongin jajanan Mang Asep”

“Kenyang kaga mencret iye”

“Nyambung aje lu, kaya listrik”

“Kalau masih lama, gue minta jemput Kak Jhon aja deh”

TING!

“Dayu kritis”

Keana tiba-tiba menghentikan jarinya. Gadis itu perlahan menutup layar laptop. Memundurkan kursi lalu segera menarik tangan Elea untuk pergi. Sahabatnya sendiri bahkan heran, gadis itu seperti kesurupan.

“Ke gue belum mau mati ya!!” teriak Elea yang diboncengi. “Gila ya lo! Kenapa sih Ke?!”

Keana diam saja, pandangannya tetap lurus tak bisa lagi menoleh kiri kanan seperti kacamata kuda.

“Loh, Ke lo salah jalan nih! Belok kanan Ke” bentak Elea yang kali ini tak terima. Kalau begini caranya, rencana nonton konser penyanyi favoritnya bakalan gagal.

Keana, benar benar kesurupan pebalap motogp yang baru saja dari mandalika.

*

“Apa?! Apalagi sekarang?! Lo kenapa sih sampai harus sedeket ini sama Dayu?! Lo tuh baru kenal Ke!”

“Dayu kritis El! Genting banget”

“Te—terussssss konser nya?! Kan lo tau Ke gue udah lama banget mau kesana, gue udah nungguin dari tahun lalu sampai harus nabung! Dan sekarang lo—“

“Emang ga ada perasaan ya lo?! Masih mentingin konser?!”

“Lo yang gada perasaan! Semua yang lo lakuin bukan buat Dayu Ke! Sadar Ke! Semuanya karena Dika—!” Elea terus mengeluarkan suara tingginya yang tentu membuat lorong rumah sakit riuh.

“Gila ya lo, lo ga punya otak” Keana meninggalkan Elea yang sudah pasti menolak untuk menunggui Dayu siuman.
Elea pun dengan sangat berat hati pergi meninggalkan rumah sakit.

*

Keana berjalan pelan menuju ruangan dimana Dayu sedang berjuang dimasa kritisnya. Disana sudah banyak sekali, teman dan keluarga Dayu. Mungkin, Keana satu-satunya yang tidak terlalu banyak terlibat dalam kisah hidup Dayu. Satu-satunya yang belum mencampuri lika liku kehidupan Dayu. Benar sih, Keana siapanya Dayu? Gadis yang hanya ditolonginya pada saat aksi karena gas air mata.

Apa Elea benar ya, Dayu kesini hanya karena Dika?

“Dik, titip Dayu sebentar ya. Tante sama Om mau pulang dulu, ambil baju dan beberapa perlengkapan lain.” ucap seorang Ibu yang diduga adalah Ibunya Dayu. Perempuan itu tampaknya lesu, sudah lelah, tapi masih terukir senyuman diwajahnya. Teduhnya seorang Ibu memang tidak pernah luntur. Dika yang diberi amanah hanya mengangguk. Kemudian arah pandangnya berpapasan dengan Keana yang memperhatikan itu.

Keana mencoba mendekat, sebagian orang memang sudah pulang. Mengingat hari mulai gelap.

“Kak—“ panggilnya pelan

“Kenapa kesini” tanya Dika, yang diyakini sedang menahan nada tingginya.

“Hn?”

“Gue denger semuanya” ungkap Dika, yang membuat Keana menelan ludah.

“Gue juga mau lihat Kak Day—“

“Kalau cuma karena gue, itu ga perlu Ke. Gue bisa jaga Dayu sendiri.”

“Bu—bukan gitu, gue ga pernah mengatasnamakan lo, gue memang mau jagain Kak Dayu juga—“

“Sorry kalau bikin lo sama Elea sampai harus berantem karena ini—“ Keana tak tahan, entah kenapa rasanya semua menuduh apa yang sudah ia lakukan hanya karena perasaan suka Keana ke Dika.

“Dengerin gue baik-baik! Gue emang suka sama lo! Gue mau tahu apapun tentang lo! Gue juga mau ikut campur di hidup lo, tapi untuk urusan ini bukan karena perasaan itu, semua yang gue lakuin juga karena Kak Dayu. Dayu lagi kritis dan gue gamau mikirin hal itu!”

Terserah, mau dibilang murahan atau apapun itu. Keana tidak tahan lagi.

Dika diam, pria itu juga tak menahan Keana yang berlalu begitu saja meninggalkannya.

Posting Komentar

0 Komentar