Future Secrets #Ilookwebseries
Chapter 4
Semester baru akhirnya tiba. Hal-hal yang harus dilakukan adalah melupakan semester kemarin yang sangat mengecewakan. Dan sampai saat ini pun Kak Fino tidak menemuiku. Aku juga malas untuk mempermasalahkan kejadian terakhir karena aku takut mengganggu konsetrasi dalam menyiapkan ujiannya. Tapi setidaknya kehadiran Yulia, Wawan, Aldi , dan Arip sangat membantuku untuk tidak memikirkan tentang Kak Fino.
Kuliah hari pertama tidak terlalu penting, hanya penyampaian silabus mata kuliah. Wawan dan Yulia sibuk bercerita di belakang. Membuat aku penasaran apa yang sedang mereka rencanakan.
Aku menghampiri mereka saat perkuliahan selesai. Muka mereka berdua berbinar dan sangat semangat.
“Kenapa sih dua anak ini ?” tanyaku ke arah Aldi dan Wawan karena mereka juga sama bingungnya denganku.
“Mau gebet maba, kerjaan mereka kayak cabe-cabean,” celetuk Aldi yang tidak mudah tertarik dengan seseorang.
“Kita kan nggak tau jodoh,” bela Wawan.
“Iya betul tuh,” sahut Yulia.
“Lo benaran mau gebet brondong ?” tanyaku tidak yakin.
“Lo lupa kalau gue lebih muda dari kalian semua. Jadi nggak masalah,” jawab Yulia. Aku baru ingat kalau Yulia memang lebih muda satu tahun dariku.
Wawan dan Yulia mulai bergerak ke kelas-kelas mahasiswa baru. Sedangkan aku hanya diam di tempat sampai aku tidak menyadari bahwa kelas sudah sepi. Semua orang sudah keluar dari kelas.
Arip dan Aldi menatapku. “Kita ke mana ni ? Gue nggak mau ngikuti jejak Wawan,” ucap Aldi.
“Yaudah makan lah, udah siang juga,” jawabku.
“Tapi masih jam 10, gue belum lapar,” ucap Arip.
“Sama, gue juga. Yaudah yuk, nunggu Yulia sama Wawan di bawah pohon,” ajakku. Arip dan Aldi setuju.
Aku memainkan ponsel sambil menunggu Yulia tiba. Banyak mahasiswa di sekitaran kami karena kuliah hari pertama terkadang cepat berlangsung.
“Putri kenapa nggak masuk?” tanyaku ke Aldi yang sibuk bermain ponsel.
“Nggak, dia kan emang rada malas orangnya,” kekeh Arip.
Sekelompok perempuan sedang melirik ke arah Arip. Aku mengenal sekelompok perempuan itu karena dia teman seangkatanku tapi tidak pernah sekelas. Aku melirik Arip yang tidak menyadari kalau sekelompok perempuan itu melirik ke arah Arip yang sedang mendengar musik.
“Lo lagi dekat sama salah satu cewek di sana ya,” bisikku ke arah Arip. Tatapan Arip langsung mengarah ke sekelompok perempuan yang aku maksud.
Yulia datang sambil tertawa terbahak-bahak. “Kenapa kalian?” tanya Yulia yang melirik aku dan Arip.
Aku menoleh ke arah Yulia. “Kayaknya salah satu tuh cewek ada yang caper sama Arip.” Yulia langsung menoleh.
“Nggak papa lo gebet, Rip. Soalnya dia pintar kok dari kelas sebelah,” ucap Yulia.
“Udah ketemu dedek gemes?” tanya Aldi dengan sedikit menyindir.
“Nggak biasa aja semua, tapi gue malu sama Yulia,” jawab Wawan.
Sekelompk perempuan tadi mulai pergi tapi sekelompok perempuan itu sengaja lewat ke arah kami. Dan aku memperhatikan setiap perempuan itu, memang ada salah satu cewek yang sikapnya sedikit berbeda. Dia tersenyum ke arah Arip.
“Tungguin gue,” ucapnya sedikit sok manja.
“Dih, kenapa tuh cewek. Dia kira ini taman kanak-kanak. Ngomong kayak anak kecil,” ucap Arip kesal. Dia tidak menunjukkan ketertarikannya.
“Dia caper sama lo,” celetuk Yulia.
“Yuk, pergi dari sini. Udah mulai lapar gue,” ucap Arip yang mulai beranjak dari duduknya. Dan kami semua mengikuti Arip. Sesekali Yulia meledeknya dengan perempuan yang kutahu namanya Tita.
***
Perkuliahan selesai di hari kedua kuliah. Aku dan teman-temanku bersama-sama ke parkiran. Tapi aku dikejutkan dengan kehadiran Kak Fino di parkiran. Seketika aku bahagia melihatnya menghampiriku.
“Ngapain ke sini?” tanyaku padanya.
“Mau ketemu,” jawabnya. Aku diam.
“Soalnya akhir-akhir ini aku sibuk sama proposal aku, untungnya Tari mau nolong,” sambungnya.
“Oh Mbak Tari lagi.”
“Dia Cuma bantuin aja. Lagian proposal Kakak udah selesai, tinggal tunggu revisian aja,” jelasnya.
“Oh gitu,” jawabku.
“Mau ke mana setelah ini ?” tanyanya.
“Mau ke rumah Yulia,” bohongku. Saat ini aku belum siap untuk menemuinya. Aku masih menikmati hariku tanpanya.
***
Chapter 5
Putri yang baru masuk hari ini berlarian ke dalam kelas. Aku ingin memanggilnya tapi dia lebih dulu masuk ke dalam kelas. Aku penasaran kenapa Putri berlari, padahal hari masih pagi. Aku mempercepat langkahku untuk segera sampai ke dalam kelas.
“Lo ya nggak usah kepintaran, lo pikir hidup lo ke depannya bakal sukses !!” bentak Arip di depan Yola.
“Kenapa sama Arip ?” tanyaku ke arah Yulia, saat baru masuk ke dalam kelas.
“Yola cari masalah sama Arip,” jawab Yulia.
“Udah, Rip. Dia cewek,” ucap Wawan.
“Lo udah ngerasa pintar di kelas ini, jangan kegeeran. Masih banyak yang lebih pintar dari lo !!” bentak Arip sekali lagi. Yola bukannya diam tapi malah balik menatap ke arah Arip dengan tajam.
“Seenggaknya gue lebih dari lo !!” bentak Yola.
“Kita lihat aja ke depannya,” ucap Arip dengan memukul meja lalu keluar.
Yulia dan Putri mengejar Arip, lalu Yulia menarikku untuk keluar juga padahal aku ingin menanyakan langsung kepada Yola. Wawan dan Aldi juga ikut keluar.
“Cewek, Rip. Nggak usah lo lawan,” ucap Wawan memberi pengertian ke arah Arip.
“Gue nggak perduli. Dia nggak bisa jaga omongan dia. Orang pintar nggak kayak gitu.” Aldi dan Wawan saling melirik karena Arip sudah keras kepala.
“Biar kita yang cewek aja ngurusnya,” celetuk Putri dengan santainya. Aku dan Yulia langsung menatap Putri dengan aneh.
“Lo aja, nggak usah aja kita berdua,” ucap Yulia dengan cepat. Aku tertawa melihat mereka berdua.
Arip langsung menyandang tasnya lalu pergi begitu saja. Wawan dan Aldi langsung melirik Arip, yang dengan cepat pergi.
“Lo mau ke mana ?” teriak Aldi.
“Bolos,” jawab Arip.
“Sebentar lagi masuk woii,” teriak Wawan.
“Gue nggak perduli.” Dengan cepat motor Arip pergi melesat begitu saja.
“Biar aja deh dia pergi, dari pada nyari gara-gara di kelas,” ucapku sebelum masuk ke dalam kelas karena dosen yang akan mengajar hari ini sudah berjalan mendekati kelas.
***
Saat aku dan Yulia berada di perpustakaan, tiba-tiba ada Yola bersama temannya, Sari. Aku dan Yulia menghampiri Yola saat buku yang ingin kami baca sudah didapat. Yola dan Sari sangat serius belajar sampai ia tidak mendengar saat kami menarik kursi.
“Serius banget kalian,” kekeh Yulia. Yola dan Sari melirik kami sebentar lalu kembali fokus ke buku di hadapan mereka.
“Pagi tadi kenapa sih Arip marah-marah sama lo ?” tanyaku hati-hati.
Yola yang mendengar itu menutup bukunya lalu melirikku. Aku dan Yulia menyadari kalau Yola tidak suka dengan pertanyaan yang baru saja aku lontarkan.
“Kalau lo ke sini Cuma mau nyari kesalahan gue untuk belain Arip mending lo pergi deh, karena itu buang-buang waktu berharga lo aja,” ucapnya dengan sinis, lalu ia dan Sari bangkit dari duduknya. Mereka berdua langsung meninggalkan perpustakaan.
“Yee, orang nanya baik-baik. Nggak salah Arip berantem sama dia, memang mulutnya nggak bisa selow, mau ngegas aja,” ucap Yulia yang merasa kesal dengan perlakuan Yola barusan.
1 Komentar
Use it to know when it is recommended to hit, to stand, or to do something else. ITech Labs is a testing and certification lab for Online Gaming systems, focusing on compliance, software high quality, reporting and delivery. Having testing completed by iTech Labs ensures that games and gaming 원 엑스 벳 systems adjust to all relevant requirements, and that they are fair, reliable and resilient. GambleAware supply gamers and their families recommendation and steering on playing.
BalasHapus