KKN Horor Story-KKN 2016
(Didominasi Kejanggalan, Tawa dan Tangisan Part 1)
Hallo Sobat Ilook! Horor story kembali hadir untuk kalian semua. Konten horror kali ini berasal dari kisah KKN senior dari angkatan 2013. Simak segala kisah ganjilnya disini.
“Perkenalkan, namaku Wondi (nama samaran) salah anggota KKN yang diadakan tahun 2016. Aku bersama ke 7 temanku ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan KKN di Desa IP Kabupaten K yang harus ditempuh kurang lebih 2 jam dari kota asalku. Kali ini aku ingin berbagi berbagai hal ganjil yang ku temui di Desa IP selama mengabdi disana”
Sama seperti peserta KKN lainnya, aku dan ke 7 temanku mempersiapkan banyak hal sebelum resmi melaksanakan tugas pada desa yang akan dituju. Kami benar-benar antusias. Disamping melakukan pengabdian, hal ini juga sering dimanfaatkan para mahasiswa untuk melakukan refreshing dari berbagai masalah perkuliahan. Lumayan, punya masa tenang selama 2 bulan sebelum nantinya akan mengerjakan skripsi.
Saat survey lokasi, kepala desa setempat menawarkan rumah yang bisa dijadikan tempat tinggal kami selama 2 bulan ini. Rumahnya besar, tampak megah dari luar, pokoknya cukup luas untuk menampung 8 orang anggota KKN. Pertimbangan kami selanjutnya karena tidak punya waktu banyak untuk memilih rumah yang lain. Bisa dikatakan kami beruntung bisa mendapatkan perhatian dari para perangkat desa yang dari awal kedatangan sudah disambut ramah seperti ini.
Kami dipertemukan oleh pemilik rumah, sebut saja namanya Bu Ida (disamarkan). Bu Ida memang tinggal sendiri di rumah itu, tapi tidak setiap hari karena beliau lebih sering pergi ke rumah anak-anaknya di kota sebelah. Tanpa berlama-lama, akhirnya kami memutuskan untuk sepakat mendiami rumah Bu Ida sebagai sekretariat KKN.
***
Setelah KKN resmi dilaksanakan, kami mulai menetap di Desa IP. Entah kenapa setelah menapakkan kaki di rumah Bu Ida, aku merasakan ada sesuatu yang ganjil disini. Penampakan rumah dari luar memang biasa saja, sama seperti rumah pada umumnya. Tetapi, merasa ada hal lain ketika sudah masuk ke dalam rumah. Mahasiswa perempuan berjumlah 5 orang yang sudah lebih dulu memilih kamar tidur yang ada di depan, sementara aku dan ke 2 mahasiswa pria harus mengalah dan tidur di kamar belakang.
“Ndi? Yakin tidur disini?” tanya salah seorang temanku, Eki (disamarkan)
“Diyakini Ki, dua bulan harus nyaman” jawabku dan Eki hanya mengangguk.
Dengan kondisi kamar yang cukup menyeramkan itu, aku yakin Eki merasa sangat tidak nyaman. Kondisi kamar itu sudah menjelaskan bahwa tidak pernah ditempati dan juga dibersihkan, atau mungkin Bu Ida juga sangat jarang untuk membuka kamar ini.
***
“Assalamualaikum” beberapa pemuda desa datang mengunjungi sekretariat di malam pertama kami disana. Namanya Bang Edo (disamarkan) menjadi salah satu sosok yang berpengaruh di desa ini juga. Bang Edo dan temannya ingin bersilaturahmi, sekalian memperkenalkan sedikit banyaknya mengenai desa ini.
“Waalaikumsalam” jawabku yang kebetulan sedang duduk di teras rumah dan diikuti oleh beberapa teman KKN yang ikut keluar ketika mendengar sapaan itu.
“Lagi santai Ndi?” tanya Bang Edo, yang kini cukup nyaman dengan cangkir kopinya.
“Lumayan Bang, soalnya belum rapat untuk proker. Masih mencoba menyesuaikan dengan situasi disini” jawabku jujur
“Kalau disini, insyallah aman Ndi. Asalkan tetap patuh dan sopan, jangan melakukan hal-hal aneh, dan juga—“ ucapan Bang Edo terpotong, salah seorang temannya tiba-tiba menyela
“TAPI WAKTU ITU PERNAH ADA KEJADIAN NDI!” celetuk Bang Tigor (disamarkan) membuat kami semua langsung menoleh kearahnya, seakan pria itu butuh perhatian dan harus mendengarkan ceritanya.
“Kejadian apa Bang?” Eki ikut penasaran.
“Jadi waktu itu, ada pemuda yang lewat rumah ini naik motor sendirian. Kalau malam suasana pasti sepi, wajarlah warga sudah istirahat. Pemuda itu ngakunya naik motor sendirian, tapi ada yang lihat dia pergi sambil boncengin perempuan pakai baju putih, yaaa.. mirip-mirip kayak Mbak K deh”
“Kun—“
“Iya, itu maksudnya”
“Sudahlah Gor, enggak perlu diceritain. Nanti mereka jadi enggak nyaman disini. Intinya, kalian tetap berdoa untuk keselamatan bersama, yakin Allah pasti melindungi hambanya”
Beruntung Bang Edo cepat menyelesaikan ocehan Bang Tigor malam itu. Baru dengar sedikit saja, kami sudah merinding dan langsung teringat akan kondisi dari kamar yang jadi ruang tidur kami saat ini. Para mahasiswa perempuan pun sudah mulai takut untuk pergi ke belakang ataupun ke kamar mandi.
***
“TAAAKK!!” suara yang cukup keras menghantam genteng rumah membangunkanku dan Eki. Sedangkan temanku yang satu lagi masih tertidur pulas.
“Ada yang sengaja ngelempar batu ke genteng tengah malam ya Ndi?” tanya Eki, dalam pikiran pria itu pasti ada hal aneh di rumah ini.
“Mung—kin Kelelawar Ki” jawabku asal, mengurangi kemungkinan hal mengerikan lainnnya
“TAKKK! TAKKK!!”
“Kelelawarnya iseng ya Ndi?”
“Sudahlah Ki, coba tidur lagi. Jangan pikirin yang aneh-aneh” finalku dan memutuskan untuk kembali tidur. Aku tak lagi menghiraukan Eki yang sepertinya masih penasaran dengan suara itu. Ku abaikan dia yang kali ini tampak serius mendengarkan hal-hal lain.
***
Sudah lewat dari 10 hari KKN, kami juga sudah mulai menyelesaikan berbagai program kerja di desa ini. Perlahan kami menyesuaikan diri dengan lingkungan warga dan juga suasana di sekretariat. Sejak malam pertama kami disana, suara itu memang terus-terusan terdengar. Biarpun terkesan menakutkan dan belum terjawab siapa yang membuat keributan itu, kami malah jadi terbiasa. Eki juga mulai nyaman dan menggunakan suara itu sebagai penghantar tidur nyenyaknya.
Hari ini kami kedatangan tamu, ada senior yang besok akan mengisi materi di salah satu program kerja kami. Jadi, Bang Aris (disamarkan) juga akan menginap di sekre malam ini. Oke, untuk hal ganjil itu tidak kami beberkan pada Bang Aris. Kami tidak ingin cerita itu membuat Bang Aris malah jadi kepikiran dan menganggu konsentrasinya untuk menyiapkan bahan materi besok .
Tapi………
Kedatangan Bang Aris menjadi puncak dari semuanya.
“Eh, kok Nina ada disini?” tanyaku pada salah satu teman perempuan, Nina (disamarkan).
“Ha? Emang daritadi disini Ndi” jawabnya dengan nada yang menegaskan dirinya tidak pergi kemana-mana
“Tapi tadi aku lihat kamu pergi ke belakang nemenin Ayu—“
“Ndi!!!! Istigfarrr” ucap Rani (disamarkan) dengan cepat menyela, dia sudah tahu apa yang aku lihat tadi.
Serius, aku pikir Nina pergi mengikuti Ayu ke belakang. Nina berjalan cepat dengan baju putihnya ini. Aku mencoba menyelaraskan otak dan penglihatanku tadi. Ada yang tidak beres di rumah ini, bahkan semakin hari sosok itu semakin berani untuk menampakkan kehadirannya.
Untuk hal-hal seperti itu, kadang aku bisa tahu keberadaannya. Biarpun tidak terlalu jelas, tapi sosok itu pernah tertangkap netraku. Dan kali ini, bukan ingin membuat mereka semua ketakutan hanya saja sosoknya persis seperti Nina, makanya aku pikir dia yang pergi bersama Ayu. Suasana di rumah jadi hening, tidak ada yang ingin memulai percakapan setelah ucapanku tadi. Masing-masing dari mereka mencari kesibukan untuk mengurangi rasa takut. Teman perempuan tidak ingin ambil resiko, jadi mereka pergi keluar bertemu dengan warga setempat.
***
“Ndi bangun Ndi!! Denger ada suara orang nangis enggak?!” Bang Aris tiba-tiba membangunkanku, dengan panik.
“Ki!! Gas! Bangun.. coba cek temen di kamar depan” perintahnya lagi, berhasil membuat ku dan kedua teman lain bangun.
2 Komentar
Waw serem😉
BalasHapusSerem juga ya.. Hahahaaa.. Tapi penasaran sama kelanjutannya..wkwkw
BalasHapus