Header Ads Widget

Ticker

6/recent/ticker-posts

KKN KEBANGSAAN, PEMERSATU BANGSA (KKN MANDIRI, JANGAN SEDIH YA)

KKN Kebangsaan, Pemersatu Bangsa
(KKN Mandiri, jangan sedih ya)
oleh :  Oktaria silviani
 
Hallo, sobat Ilook! Apa kabar hari ini, wah hampir seminggu tidak update di Ilook website, ada yang kangen tidak? Bagaimana dengan keadaan #newnormal? Kalau Ilook sendiri tentunya akan selalu memberikan artikel dan berita menarik untuk para pembaca setia ilook website dong. Semangat menuju #newnormal ya!

Meninggalkan sejenak tentang kasus GB 2 di horror story yang sudah sampai dua puluhan ribu pembaca, kali ini Ilook website akan membagikan pengalaman menarik dari salah satu teman kita lho! Yakin deh, enggak kalah seru dari cerita horror hehe. Simak yukk!


Berawal dari impian yang sudah ditekadkan (eaaaa’) untuk mengikuti KKN Kebangsaan pada tahun 2019, alhamdulillah Allah memberikan kesempatan padaku menjadi satu dari tiga mahasiswa sebagai delegasi KKN Kebangsaan Universitas Bengkulu di Ternate-Tidore. Nah, sebelum bahas lebih lanjut ada baiknya kita harus tahu dulu ya, Apa sih KKN Kebangsaan? Apa keistimewaannya dibandingkan dengan KKN lainnya?

KKN Kebangsaan adalah kegiatan perwujudan dari konsep Tridharma perguruan tinggi, karena memadukan dharma Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat, sekaligus dalam satu kegiatan. KKN Kebangsaan 2019 yang dilaksanakan di Ternate-Tidore bertema “Memperkokoh Rasa Kebangsaan melalui Pengelolaan Sumberdaya Berbasis Kepulauan dan Mitigasi Bencana”, dengan subtema unggulan yaitu : 1) Ekowisata Kepulauan dan Konservasi Rempah Ternate-Tidore, 2) Edukasi dan Adaptasi Mitigasi Kebencanaan dalam Upaya Pengurangan Resiko Bencana (PRB).


Hati terasa begitu bahagia ketika menginjakkan kaki di Bandara Sultan Baabullah Ternate dengan sambutan hangat dari para mahasiswa hebat Universitas Khairun yang sangat ramah. Merajut kisah dari tanggal 18 Juli-22 Agustus 2019, kami dipertemukan dalam satu kelompok yang terdiri dari 10 orang mencakup lima perguruan di Indonesia, diantaranya :

Oktaria Silviani dan Sintia Agustina dari Universitas Bengkulu (UNIB), Ni Putu Ayu Pirdayanti dan Gusti Made Suhartana dari Universitas Pendidikan Ganesha Bali (UNDIKSHA), Siti Rabiah Rumadaul dan Erik Nathan Oku dari Universitas Musamus Merauke (UNMUS), Mawardani Hi. Arsyat dan Fissya Satya Marlina dari Universitas Khairun Ternate (UNKHAIR), serta Muhammad Fadhil Ilham dan Tri Irvan Haryadi dari Universitas Airlangga Surabaya (UNAIR).  

Tepatnya tanggal 18 Juli 2019 di Asrama Haji Ternate semua peserta KKN Kebangsaan yang berjumlah 300 mahasiswa dari 53 Universitas se Indonesia dikumpulkan. Hari ini adalah hari dimana 10 orang dari latar belakang yang berbeda yang awalnya hanya berbalas pesan via Whatsapp akhirnya ketemu dan bertatap muka (Cihuy!) rasa canggung yang melanda membuat degdegan hati bak jatuh cinta pada kekasih (hiiyaaa, mantap slur). Malam itu awal dari semuanya, perkenalan terasa hangat dengan bumbu SKSD untuk memulai percakapan yang berakhir dengan khidmat.

Pada 19-22 Juli 2019, kami berlayar menuju Pulau Tidore tepatnya di Open Space Pemerintah Tidore Kepulauan untuk melaksanakan pembukaan sekaligus pembekalan KKN. Ekspektasi yang sangat tak sesuai dengan realita ketika tampak tenda komando berjejer di lapangan yang menjadi replika pulau kapuk. Kehidupan semi militer berlangsung selama 3 hari yang dipimpin oleh para Tentara. Dentuman bom, goyangan tenda, serta teriakan histeris yang selalu menjadi alarm setiap jam 4 subuh. Meskipun demikian, moment ini menciptakan rasa kekeluargaan diantara kami dan akan menjadi kenangan yang dirindukan.


Pada 22 Juli 2019 kami kembali ke Ternate untuk mulai menyatukan hati dan pikiran dari 10 orang hebat yang ditakdirkan untuk mengabdi di Kelurahan Fitu, Ternate Selatan, Kota Ternate. Lagi lagi ekspektasi bertolakbelakang dengan realita, 10 orang dengan harapan tinggal di satu rumah seperti KKN pada umumnya, namun kami dipisah menjadi 2 orang per 1 rumah yang berpenghuni satu keluarga di dalamnya. Aku berdua dengan Rabiah (UNMUS) bertempat tinggal disatu rumah, yaitu rumah Pak Fadli dan Ibu Atiha. Rasa syukur dipertemukan dengan keluarga yang sangat baik, layaknya orang tua sendiri. Kami memanggil mereka dengan sebutan ‘papa dan mama piara’. 
Awal yang kurang menarik ketika tinggal bersama satu keluarga yang belum dikenal sama sekali. Namun, seiring berjalannya waktu papa dan mama piara semakin baik, mereka menyediakan semua fasilitas yang kami butuhkan, setiap hari rela masakin kami makanan, diajak jalan-jalan, serta dikenalkan dengan bahasa ternate. Sejak saat itu rasa nyamanpun mulai membelenggu waktu untuk tidak segera berlalu. 

Sebagian besar masyarakat Ternate khususnya di Kelurahan Fitu bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani. Seperti yang kita ketahui, cengkeh, pala, dan kelapa menjadi tanaman unggulan dalam bidang pertanian. Letak geografis pulau Ternate yang dikelilingi oleh lautan merupakan alasan masyarakat sekitar untuk menjadi nelayan. 

Beranjak dari hal tersebut, masyarakat Ternate dikenal sebagai masyarakat yang ‘kurang ramah’. Sempat kaget sih waktu baru disana dan menyapa masyarakat yang berpapasan ataupun ibu-ibu yang sedang menyapu halaman rumahnya, kami biasa menyapa dengan sebutan ‘Tabea’ yang artinya permisi, namun kami hanya dilirik dengan ekspresi flat (betapa sakitnya) kebayangkan hihii namun itu tak mematahkan semangat kami untuk selalu menyapa siapapun yang kami temui, tak sedikit yang menjawab dengan kata ‘saya’ yang artinya iya. Disamping itu, sebenernya mereka sangat baik loh, hanya saja setiap daerah pasti memiliki karakteristik tersendiri, its okay no problem, tinggal kita sebagai pendatang yang harus pandai beradaptasi untuk survive. 

Seiring berjalannya waktu, rasa kekeluargaan mungkin tak akan lengkap jika tanpa bumbu keegoisan, perdebatan, serta ngambekan. Namun itu merupakan hal wajar yang terjadi diantara 10 orang dari daerah yang berbeda, kebiasaan yang berbeda, serta pola pikir yang berbeda, dikumpulkan dalam satu kelompok untuk mencapai satu tujuan yang sama. 

Hasil dari pemikiran luarbiasa nan penuh usaha ini menuai 8 program kerja yang dimuat didalam satu proposal yang diajukan ke Pemkot Ternate, meliputi Sosialisasi mitigasi bencana dan jalur evakuasi bencana yang dilakukan di berbagai sekolah dan masyarakat Kelurahan Fitu, penggunaan JAS (Jaring Anti Sampah) Banjir di Kali Mati untuk meminimalisir penumpukan sampah di pesisir Pantai Fitu pada musim hujan dan juga menumbuhkan bibit UMKM pengelolaan sampah, pengajuan penelitian kolaborasi tentang kerentanan bahaya seismik sebagai acuan awal pembangunan gedung tahan gempa, pengembangan ekowisata Pantai Fitu, pembuatan manisan pala, penataan administrasi di Kelurahan Fitu berbasis website, pembaharuan peta administrasi Kelurahan Fitu, serta partisipasi dalam kegiatan-kegiatan di Kkelurahan Fitu, seperti partisipasi kegiatan Pendidikan Non Formal (PNF) dan  kegiatan memeriahkan acara peringatan 17 Agustus di Kelurahan Fitu bersama perangkat kelurahan, pemuda, dan masyarakat. (Wow, banyak yaaa guys!)

Kegiatan Focus Group Discussion dengan Perangkat Kelurahan Fitu
Kegiatan Susur Sungai Bersama Komunitas Aketagi
Kegiatan 17 Agustus Bersama Pemuda Fitu

Selama penyusunan proposal program kerja tentunya tak lepas dari koordinasi dengan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) yang berasal dari Universitas Khairun, yaitu Ibu Roswita Mubin Aboe, S.Pd., MA. Tak hanya itu, koordinasi juga dilakukan dengan perangkat kelurahan dan masyarakat termasuk pemuda Kelurahan Fitu. Intonasi bicara yang tinggi merupakan identitas masyarakat setempat yang sudah menjadi makanan sehari-hari layaknya popeda yang disiram kuah kuning dan ikan goreng  krispy. 

Mitos namun fakta yang selalu menjadi topik hangat mahasiswa KKN hadir diantara dua orang insan manusia yang terpaut oleh hati, berawal dari candaan serta gombalan pun berakhir tetap dengan candaan serta gombalan. Tak bisa dipungkiri, kebersamaan selama 30 hari sangat mungkin menuai kasih, namun hanya berhenti disini, di kota tua yang menyimpan sejuta rahasia bagi yang tidak mencari.

Mayoritas masyarakat Kelurahan Fitu beragama islam. Hari Raya Idul Adha tahun 2019 terasa berbeda ketika jauh dari keluarga, namun kebahagiaan tetap tercipta karena dikelilingi oleh orang-orang baik. Membuat ketupat, memasak kue, dan mempersiapkan segala sesuatu bersama mama piara sungguh pengalaman yang berharga. Silaturahmi kerumah warga, makan bersama, serta bercanda tawa adalah kenangan yang tak bisa diulang, namun selalu dikenang. Obrolan akan terasa hambar tanpa makanan khas yang selalu menjadi trend Ternate, seperti buras, popeda, kuah kuning, pisang goreng sambal dabudabu, sagu, gohu, singkong, serta air guraka selalu menjadi incaran ditengah perbincangan.

Pelaksanaan KKN Kebangsaan di kota para Raja merupakan sebuah anugrah terindah. Kota Gamalama yang kaya akan adat istiadat dan budaya, wisata yang begitu indah, serta pemandangan pulau yang begitu megah dikelilingi oleh lautan dan samudera. Selama KKN kami berwisata ke Kedaton Kesultanan Ternate, Pantai Fitu Uang Seribu, Pantai Jikomalamo, Batu Angus, Sulamadaha, Pulau Maitara, Pantai Dufadufa, Benteng Toluko, Danau Laguna, Tanjung Tolire, Kebun Cengkeh Afo, Landmark Ternate, Pulau Tidore, Benteng Tahula, dll.


Wisata Pantai Fitu Ternate

Setiap pertemuan selalu diiringi oleh perpisahan. Hari yang tak diharapkanpun tiba, malam penutupan dan perpisahan berlangsung di Kedaton Kesultanan Ternate. Rasa bahagia karena sudah mengabdi, rasa sedih karena tak mau pergi. Namun apalah daya tangan tak mampu memutar waktu. Tak heran jika eloknya kenangan selalu tersimpan dalam album kerinduan yang terikat asa serta keyakinan untuk bersua dihari kemudian.  Ucapan terimakasih kepada Pemerintah Kota Ternate, Kelurahan Fitu, Universitas Khairun, dan Universitas Bengkulu yang telah memberikan dukungan moril, ilmu, dan pengalaman yang sangat berharga. Sepuluh pemuda, sepuluh pemikiran, sepuluh kebiasaan, sepuluh budaya, lima bahasa, lima Universitas, serta tiga keyakinan bersatu dalam satu tujuan satu wadah, yaitu KKN Kebangsaan, Pemersatu Bangsa.

Penutupan KKN Kebangsaan di Kedaton Kesultanan Ternate

Wah, menarik bukan? Benar-benar pengalaman yang berkesan! Nah untuk tahun ini mungkin terhalang oleh adanya Covid19 ya teman-teman. Huft! Tidak boleh kecewa dan jangan berkecil hati! Biarpun tidak bisa berkelana seperti teman kita tadi, kita tetap bisa mengabdi pada masyarakat sekitar lho! Jadi, untuk yang sedang menjalankan KKN Mandiri luangkan dan manfaatkan waktu sebaik mungkin yaaa.. Eits! Tetap patuh protocol kesehatan! (OKS)

Posting Komentar

0 Komentar